Welcome to My Blog.....

Senangnya Bisa Berbagi Kepada Teman-teman Semua.....

Cari Blog Ini

Laman

Jumat, 26 Agustus 2011

Bermanei, Tongkrongan Favorit Anak Muda RL




Bermanei, Tongkrongan Favorit Anak Muda RL

BICARA obyek wisata, sepertinya Bumi Pat Petulai Rejang Lebong tak ada habisnya untuk dikunjungi. Belum lama ini, Tim Radutraveling kembali mengunjungi satu diantara obyek wisata di kabupaten ini. Tujuan tim kali ini tak lain tempat tongkrongannya anak muda Curup, Danau Bermanei.
Dulu, Danau Bermanei lebih dikenal dengan sebutan Danau Talang Kering. Obyek wisata ini berada di Jalan Lintas Curup - M Aman atau sekitar 2 Km dari pusat Kota Curup atau tepatnya di Desa Talang Kering Kecamatan Curup Utara.
Danau Bermanei yang telah direnopasi pada tahun 2009 dengan dibuat tanggul beton di sekeliling danau dan taman pentas seni dipinggir Danau Bermanei tersebut kini menjadi tempat favorit kawula muda Rejang Lebong yang biasa berkumpul sere hari.
Ada beberapa alasan anak muda memilih Danau Bermanei sebagai tempat  tongkrongan favorit. Diantaranya, letak danau ini berada di pinggir jalan lintas Curup M Aman yang hanya berjarak sekitar 2 Km dari pusat kota dan selain bisa menikmati keindahan danau pengunjung juga akan dimanjakan dengan keindahan pemandangan Bukit Barisan yang bisa dilihat dengan jelas dari lokasi danau.
Namun cukup disayangkan, obyek wisata ini belum dikelola optimal oleh pemerintah. Padahal lokasi danau tersebut cukup strategis karena dekat dengan ibukota kabupaten.
Diungkapkan Camat Curup Utara, Zulfan Effandi, mestinya obyek wisata Danau Bermanei tersebut dikelola lebih optimal kembali, seperti pembangunan taman bermain anak-anak, pembangunan pondok-podok kecil yang kemudian dikelola oleh masyarakat untuk menyajikan jajanan ringan (warung manisan) serta fasilitas parkir yang memadai.
"Kalau sore cukup ramai pengunjung yang datang ke danau tersebut, terutama anak muda. Untuk lebih menarik kembali minat pengunjung, saya rasa danau itu perlu dibangun fasilitas lain lagi seperti pembuatan arena bermain anak-anak, warung kecil dan tempat parkir. Supaya bisa menyedot pengunjung lebih banyak lagi," katanya. Selain itu, Zulfan Effandi juga menyayangkan masih rawannya  di sekitar lokasi Danau Bermanei ketika malam hari. "Kalau sekarang masih sedikit rawan, namun untuk siang hari tidak. Masih ada kejadian pemerasan," katanya.
Disisi lain, Kadis Pariwisata RL, Mohammad Rizal mengatakan, pengembangan obyek  wisata merupakan tangung jawab bersama, terutama  masyarakat sekitar yang harus ikut serta dalam menciptakan suasana aman, nyaman dan damai. "Yang membuat Pantai Kuta Bali itu menjadi indah dan menjadi incaran wisatawan sebenarnya bukan hanya karena pantainya saja. Melainkan tingkat kenyamanan di sekitar lokasi wisata benar-benar terjamin, masyarakat ikut menjaga keamanan di lokasi tersebut dan kratif dengan membuka toko makanan khas serta souvenir khas dari daerah tersebut. Saya menyayangkan kalau masih ada obyek wisata yang belum aman. Mestinya masyarakat harus ikut serta menjaga keamanan dan keindahan obyek wisata tersebut," harapnya. (sanca - Radar Utara)

Danau Nibung "Berkabung"





Danau Nibung "Berkabung"

SETELAH
menjelajahi keasrian alam PLG Seblat dua minggu lalu, perjalanan Tim Radutraveling dilanjutkan ke pesisir barat Provinsi Bengkulu. Kali ini, tim mencoba menelisik alam Mukomuko, tepatnya di Danau Nibung. Aset wisata ini terletak lebih kurang sejauh 5 Km dari pusat Kota Mukomuko. Mirisnya, danau ini tak seindah beberapa tahun silam. Andai saja alam di sekitar danau ini bisa mengekspresikan apa yang sedang dialaminya, tentu saat ini mereka sedang berkabung. Sebab maraknya perambahan hutan di Mukomuko, membuat alam di sekitar danau ini tak lepas dari tangan-tangan jail.
Pantauan RU di lokasi, hutan di sekeliling danau yang merupakan kawasan Cagar Alam (CA) ini sudah rusak dirambah. Konon, sebelum keberadaan hutannya dirambah oleh tangan-tangan tak bertanggungjawab, kawasan ini begitu alami, sejuk dan menawarkan kedamaian.
Menariknya pula, di kalangan masyarakat Mukomuko, berkembang mitos danau ini menyimpan berbagai misteri yang belum terjawab sampai sekarang. Sebagai contoh, dulu masyarakat kerap mendengar suara seperti dentuman lonceng jam kuno. Namun saat ini, tak pernah lagi terdengar suara yang belum diketahui dari mana sumbernya. Selain itu, konon katanya di kawasan danau ini banyak terdapat benda pusaka serta barang antik atau harta karun yang dikuasai bangsa jin.
Terlepas benar atau tidaknya informasi itu, sampai kini misteri itu belum terungkap. Sebab selama ini hal itu hanya sebatas cerita dari mulut ke mulut. Sampai saat ini, belum ada pembuktian menyangkut hal itu, kecuali soal suara lonceng jam yang berdentang keras apabila jam menunjukan pukul 12.00 WIB.
Keberadaan Danau Nibung memang tak seindah dulu lagi. Tak heran jika danau ini tak mampu mengundang daya tarik bagi wisatawan. Namun banyak masyarakat berpendapat, jika kawasan ini mendapatkan perhatian dan dikembangkan maksimal, kawasan ini mampu menghasilkan PAD dan bisa pula menggeliatkan ekonomi masyarakat.
Seperti diungkapkan salah seorang warga Mukomuko, Burman, 38 tahun, dia meyakini jika aset wisata ini terkelola serta mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah, kawasan itu dapat memberi kontribusi positif bagi masyarakat dan daerah. Tentunya jika Pemkab fokus dengan membangun berbagai fasilitas memadai,  seperti tempat bermain anak-anak, perhotelan dan beberapa fasilitas lain.
Sayangnya, Pemkab Mukomuko tampaknya belum fokus mengembangkan sektor pariwisata. Bahkan lahan dataran di kawasan Danau Nibung saat ini telah banyak dikuasai perseorangan. Kemungkinan pula, Pemkab masih mempertimbangkan antara untung atau ruginya jika kawasan danau ini dibangun serta dipoles sebaik mungkin.
Sebab menurut Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Parawisata (Disporabudpar) Kabupaten Mukomuko Ramdani SE, dia tidak yakin keberadaan danau itu bisa mengundang wisatawan dari luar daerah dan bisa menghasilkan pendapatan bagi daerah. Menurutnya, langkah yang dilakukan tak cukup sebatas konservasi terhadap hutannya saja. Karena kata Ramdani, masih banyak danau di daerah lain yang memiliki panorama alam indah dan alami. Kecuali, lanjutnya, di kawasan danau itu dibangun berbagai fasilitas memadai serta lengkap berbasiskan standar nasional. Seperti guest house atau perhotelan serta tempat-tempat hiburan lain. Tentunya hal itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Meski demikian, sejatinya Pemkab Mukomuko tetap memikirkan untuk melakukan pengembangan kawasan Danau Nibung. Langkah pengembangan danau itu sudah dimasukkan dalam Renstra. Sebagaimana  rencana awalnya, kemungkinan akan dibangun badan jalan yang mengelilingi DN yang memiliki 5 sudut menyerupai bintang. "Kalau untuk sekarang ini untuk menjaga kelestarian di kawasan danau, kita hanya bisa sebatas menghimbau agar warga tidak melakukan perambahan. Selain itu, butuh dilakukan reboisasi untuk mengembalikan keasrian danau," kata Ramdani. (aris- Radar Utara)

Puspa Langka yang Semakin Terancam





Puspa Langka yang Semakin Terancam

MEKARNYA bunga Rafflesia Arnoldi memang selalu menjadi perhatian banyak orang, karena memang sangat jarang ditemui. Beberapa waktu lalu, bunga terbesar di dunia dan juga menjadi ikon Provinsi Bengkulu itu kembali mekar di Desa Tebat Monok dengan diameter kurang lebih 75 Cm. Bunga itu mekar, Rabu 25 Mei 2011 lalu. Lokasi pintu masuk menuju lokasi berada sekitar 500 meter setelah gerbang perbatasan Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Kepahiang dan dapat ditempuh sekitar 1 jam dengan mengendarai sepeda motor dari Kota Bengkulu. 
Lokasi tumbuhnya bunga Rafflesia ini berada sekitar 300 meter dari tepi jalan. Ketika bunga di lokasi ini sedang mekar, ada spanduk penunjuk dan bendera untuk memudahkan menemukan lokasi. Medan yang akan dilalui membuat serasa benar-benar berpetualang ke hutan belantara. Dari pintu rimba, kita akan melewati jalur menurun yang cukup licin sekitar 200 meter. Selanjutnya, sekitar 100 meter menyusuri anak sungai.
Minggu, 29 Mei 2011 Pukul 08.30 WIB lalu, saya bersama rekan-rekan Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu melanjutkan Ekpedisi Rafflesia VII. Danau Dendam Tak Sudah jadi lokasi untuk berkumpul sebelum berangkat.
Pukul 10.00 WIB, kita mulai konvoi menuju hutan Bengkulu. Satu jam selanjutnya, kami sampai di lokasi, bertemu dengan Pak Holidin yang selalu semangat menjaga dan mengelola habitat Rafflesia. Kurang dari setengah jam kita beristirahat sejenak duduk di bangku panjang bambu buatan pak Holidin bersaudara, memulihkan kondisi tubuh yang cukup letih menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam.
Sekitar pukul 12.00 WIB, kami memulai penjelajahan. Menjelajahi hutan sejauh 300 meter memang pekerjaan yang terhitung berat. Apalagi bagi mereka yang tak terbiasa. Karena tanah hutan yang licin dan menurun, beberapa rekan KPPL sempat terpeleset berkali-kali. Meskipun sebenarnya sudah dibuat beberapa anak tangga sederhana untuk memudahkan pengunjung menyusuri hutan. Sekitar 200 meter perjalanan menuju lokasi mampu dilewati, kami dihadapkan pada sungai yang mengalir jernih, jembatan bambu unik membantu kami menyeberangi anak sungai ini. Sekitar 100 meter menyusuri anak sungai jernih itu, akhirnya kami tiba di lokasi Rafflesia Arnoldi. Bunga terbesar di dunia ini mekar dengan cantiknya, mekar sempurna pada hari ke-5 dengan 5 kelopaknya yang menawan.
Rafflesia Arnoldi yang mekar kali ini berdiameter kurang lebih 75 cm, lumayan besar untuk ukuran sebuah bunga.  Di habitat  ini juga ditemukan 11 bongkol/cikal bakal Rafflesia, 2 diantaranya diperkirakan akhir bulan Juli 2011 mendatang kembali akan mekar. Kemungkinan bisa mekar 2 Rafflesia sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Luar biasa sekali pastinya karena peristiwa seperti ini jarang terjadi loh. Selain melihat Rafflesia, kita juga menemukan bunga cantik berwarna pink seperti bunga unji sejenis tanaman jahe-jahean atau jahe hutan yang ternyata informasi dari teman bernama Tun Jang, bunga ini kemungkinan adalah Hornstedtia Rubra. Selain itu, kami juga menemukan ulat kaki seribu dengan ukuran besar. Bahkan di lokasi tumbuhnya Rafflesia ini juga tumbuh tanaman kibut (Bunga Bangkai/Amorphophalus)  juga tanaman paku-pakuan hutan raksasa. Menakjubkan bukan?!
Sekitar pukul 14.30 WIB, kita kembali ke atas. Benar-benar melelahkan, tapi puas. Setelah tiba di atas, kami kembali berpose bersama dan pukul 15.00 WIB, kami berpamitan pulang. Tak disangka, Pak Holidin memberi kami oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Bengkulu, Sekarung Alpukat. Wow.. Makasih banyak Pak Holidin dan keluarga.. ^_^
Khusus untuk pembaca setia Traveling Radar Utara, kami dari KPPL mengajak untuk melindungi Rafflesia, lindungi puspa langka dan lindungi hutan dari perambahan dan penebangan liar. Salam Lestari! (Sofian - Pembaca Radar Utara)

Berteman dengan Gajah, Nikmati Indahnya PLG








Berteman dengan Gajah, Nikmati Indahnya PLG

BOSAN dengan suasana kota? Jenuh dengan wisata alam bahari dan pegunungan dengan air terjun serta aliran sungai? Saatnya beralih untuk menikmati indahnya alam hayati dengan berbagai satwa unik nan menarik. Kali ini, Tim Radutraveling mencoba melongok Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat.
Untuk diketahui, PLG Seblat merupakan kawasan alam hutan konservasi terletak di Desa Suka Baru Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara. Lokasi ini bukan hanya menyimpan kealamian alam, namun wisatawan dan pencinta alam dapat menikmati bersahabat dengan gajah. Jika pilihannya ingin lebih jauh mengenal alam hutan konservasi, kita bisa masuk ke kawasan hutan dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan pengelola.
Ironisnya, meski namanya sudah dikenal hingga ke mancanegara, kawasan hutan seluas 6.868 hektar itu belum mampu menarik minat wisatawan lokal. Diduga, hal ini juga didukung dengan belum dimanfaatkannya aset wisata itu secara maksimal oleh pemerintah daerah atau pihak terkait. Padahal, bukan sedikit turis asing seperti dari Belanda, Singapura, Kanada dan sejumlah negara lain yang mengunjungi wisata ini. Cukup masuk akal, karena di lokasi ini setidaknya ada 19 ekor gajah yang telah dibina dan dapat melakukan berbagai atraksi menarik bahkan bersahabat dengan wisatawan. Dalam prediksi kasar berdasarkan keterangan pihak BKSDA Putri Hijau, di kawasan hutan PLG itu terdapat setidaknya 80 ekor gajah.
Kepala Resort BKSDA Putri Hijau Slamet Riyanto menuturkan, dalam kawasan hutan konservasi itu terdapat seluruh jenis dan spesies satwa dilindungi. Namun jumlah totalnya belum dapat diprediksi. Selain populasi gajah, berbagai satwa lainnya seperti berbagai jenis burung, kijang, rusa dan harimau sumatera hidup dan berkembang dalam hutan kawasan itu. Dengan alasan itu pula, hutan kawasan ini merupakan sebuah anugerah sebagai lokasi vital yang mendapatkan pengawasan serta perlindungan ekstra ketat dari pihak BKSDA.
Diakui Slamet, lokasi ini sebenarnya cukup potensi jika dijadikan sebagai tempat tujuan wisata. Hanya saja, proses membutuhkan prosedur tanpa melanggar aturan dan ketentuan hukum. Meski demikian, jika tertarik mengunjungi lokasi ini, sah-sah saja. Apalagi bukan hanya kesenangan yang akan didapat, melainkan kita juga bisa mempelajari banyak hal tentang satwa. Hanya saja, ketika wisatawan bermaksud masuk ke kawasan hutan, harus ada izin resmi dari pihaknya. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya tindakan yang merusak alam dan aktivita negatif lainnya seperti menebang pohon atau berburu satwa.
"Kalau mau masuk, kita akan periksa dulu. Tidak boleh melakukan perburuan," tegasnya.
Diungkapkan pula, kedatangan wisatawan ke lokasi ini memiliki tujuan berbeda-beda, mulai dari sekadar berwisata hingga penelitian. Dia tak menyangkal soal adanya wacana lokasi ini akan dijadikan tujuan wisata, namun hal itu masih dalam proses pertimbangan lebih lanjut pihak BKSDA. Dia berharap, kawasan alam ini dapat menjadi perhatian semua pihak terutama dalam hal pelestarian alam hayati.
Disisi lain, sebagai salah satu upaya mengenalkan kekayaan Putri Hijau sebagai populasi gajah di daerah ini, pihak pemerintah kecamatan Putri Hijau menetapkan gajah sebagai ikon daerah. Selain berbagai kegiatan dalam skup desa dan kecamatan, dalam waktu dekat ini kawasan PLG dijadikan sebagai pusat Jambore Cabang Pramuka BU. Berbagai persiapan lapangan pun telah dilakukan oleh semua pihak terkait baik panitia pelaksana, pemerintah desa setempat, BKSDA Putri Hijau serta pemerintah kecamatan.
Camat Putri HIjau Sahat M Situmorang AP MM mengatakan, gajah merupakan ikon kecamatan Putri Hijau yang layak ditonjolkan bagi kemajuan daerah. Menurutnya, kawasan PLG merupakan sebuah aset berharga dan tak dimiliki daerah lain. Sehingga patut menjadi perhatian serius agar ke depan kawasan ini menjadi kawasan yang memberikan nilai tambah bagi daerah. Selain menjadi pusat konservasi dan menjalankan fungsi utama sebagai hutan kawasan penyangga keseimbangan lingkungan dengan berbagai satwa di dalamnya, kawasan ini juga merupakan kawasan potensial sebagai obyek wisata. Tidak hanya wisata alam, potensi lain yang tersimpan dan belum dimanfaatkan secara maksimal adalah lokasi sirkuit offroad. Beberapa event yang telah dilakukan di PLG merupakan upaya awal untuk menghidupkan wilayah ini. (ependi harian - Radar Utara)

Napak Tilas di Batu Kumbang





Napak Tilas di Batu Kumbang

Salah satu titik kawasan wisata yang bakal dikembangkan Pemkab Mukomuko adalah Pantai Batu Kumbang di Desa Pulau Baru Kecamatan Ipuh. Belum lama ini, Tim Radutraveling menyempatkan diri untuk menikmati keindahan panorama di pantai ini. Di kalangan masyarakat Mukomuko, pantai ini memang tak asing. Sebab menyimpan sejarah dan masuk dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA).
Bukan hanya menyimpan panorama indah, pantai ini juga memiliki sejarah yang diceritakan secara turun-temurun. Konon katanya, dulu pantai ini merupakan jalan pertama yang membelah Provinsi Bengkulu. Bahkan menariknya, Proklamator Republik Indonesia (RI) Ir Sukarno pernah rehat di kawasan itu.
Saat ini, meskipun jalan menuju pantai wisata ini bukan lagi jalan utama (bukan Jalinbar, red) namun pesonanya tak membuat pengunjung bosan untuk mengunjunginya. Menurut salah seorang pemuda setempat, Hendri Januardi, yang menemani Tim Radutraveling ke lokasi ini, pantai wisata Batu Kumbang berjarak sekitar 800 meter dari pemukiman warga.
Pengunjung tak perlu melewati medan terjal untuk tiba di lokasi. Sebab saat ini kondisi jalan menuju kawasan pantai sudah diaspal. Hanya beberapa bagian saja yang mengalami kerusakan, tak terlalu parah. Menariknya, karena jalan menuju pantai merupakan dataran tinggi, dalam perjalanan kami sempat melihat susunan bangunan di Kota Ipuh.
Tak hanya itu, kami juga diajak untuk melihat bekas arena cross yang merupakan tempat pertama kali diadakan cross di Kecamatan Ipuh. Sayangnya, arena cross yang dahulunya sering mencetak bibit-bibit crosser ini, hanya tinggal nama. Mirisnya lagi, arena itu saat ini ditutupi semak belukar.
Tiba di Pantai Batu Kumbang, kami diajak menyusuri kawasan pantai yang panjangnya sekitar 2 KM. Keindahan justru kami nikmati ketika mendekati muara Sungai Batang Muar. Panorama alam natural dipadu dengan aktivitas pengunjung yang tampak sedang memancing dan mandi pun menjadi daya tarik tersendiri.
Kades Pulau Baru, Izhar alias Pika mengatakan, asal-muasal mengapa pantai desa ini dinamakan Pantai Batu Kumbang karena dahulunya di kawasan pantai itu terdapat 3 buah batu yang bentuknya seperti tungku dengan ukuran besar. Warna batu itu hitam kelam. "Kalau dulu batu itu masih bisa dilihat. Sayangnya sekarang ini karena cepatnya ancaman abrasi akhirnya batu itu sudah ada di tengah laut," ungkap Izhar.
Dia juga membenarkan, menurut cerita secara turun-temurun,  Ir Soekarno juga pernah rehat di kawasan pantai ini. Sebab dulunya, jalan pertama yang membelah provinsi ini melalui Pantai Batu Kumbang. "Meskipun sekarang ini pantai itu tidak lagi dilalui karena adanya Jalinbar sekarang ini, akan tetapi Pantai Batu Kumbang di desa kita ini tetap ramai dikunjungi warga," terang Kades. (doni aftarizal - Radar Utara)

Rabu, 01 Juni 2011

Seram Namanya, Indah Alamnya







Seram Namanya, Indah Alamnya

BENGKULU RU - Tim Radutraveling belum lama ini mengunjungi obyek wisata di Kota Bengkulu, Danau Dendam Tak Sudah. Nama danau ini memang terasa aneh, menyeramkan dan belum seakrab danau-danau besar di Sumatera lainnya seperti Danau Toba di Sumatera Utara, Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatera Barat serta Danau Ranau di Lampung. Namun dibalik keseraman namanya, danau ini menyimpan keindahan alam tak tertandingi.
Pesona yang dimiliki Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) di Bengkulu ini tidak kalah indah dan eksotis dibandingkan dengan danau-danau besar lain di Indonesia. Memang, saat ini belum banyak wisatawan yang mengenal danau yang terletak di Tenggara Kota Bengkulu dan hanya berjarak sekitar 6 km dari pusat kota ini. Namun untuk diketahui, danau ini memiliki berbagai flora unik seperti anggrek pensil (vanda hookeriana) yang diyakini hanya tumbuh di kawasan ini. Flora unik lainnya seperti anggrek matahari, bakung, nipah, pulai, ambacang rawa, terentang, plawi, brosong, gelam, pakis dan sikeduduk.
Selain menyimpan dan memancarkan keaslian alamnya, panorama di kawasan danau juga sangat indah. Sejauh mata memadang, pengunjung akan dimanja lanskap Bukit Barisan yang membiru dan terlihat sayup-sayup di kejauhan.
Di seputar danau, kini menjadi kawasan cagar alam karena menjadi plasma nuftah bagi anggrek pensil. Juga ditemukan berbagai fauna seperti kera ekor panjang, lutung, burung kutilang, babi hutan, ular phyton, siamang, siput dan berbagai jenis ikan termasuk ikan langka seperti kebakung dan palau.
Ketinggian kawasan ini dari permukaan laut kurang lebih 15 meter. Bentukan lahan dari batuan yang menyusun kawasan terdiri dari batuan neogin (Pliosin dan Miosin). Di kawasan danau, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan alam berupa permukaan danau yang terlihat kemerahan ditimpa sang surya menjelang beranjak ke peraduannya.
Atraksi matahari terbit disertai udara pagi yang bersih serta semburat warna merah di permukaan danau menjelang malam sangat ideal bila diabadikan dari lensa kamera. Keasrian danau serta lingkungan cagar alam yang luas merupakan potensi bagi wisatawan minat khusus untuk melakukan pendidikan dan penelitian.
Di lokasi ini, pengunjung juga bisa berperahu dan menggunakan rakit ke seluruh penjuru danau dan memancing. Beberapa warga di seputar danau menyediakan pondok-pondok yang menawarkan berbagai jenis makanan seperti jagung bakar dan kelapa muda. Beberapa makanan khas Bengkulu seperti perut punai, lempuk dan kue tat juga bisa dibeli di sekitar lokasi.
Kepala UPT Pemanfaatan Objek Wisata dan Aset Pemerintah Propinsi Bengkulu Jaya Marta mengakui pengeloaan wisata Danau Dendam Tak Sudah ini belum maksimal. Padahal dari namanya, ada sebuah mitos yang bisa diangkat, karena menyiratkan kisah tragis dibaliknya.
Nama danau ini diyakini terkait dengan kisah asmara sepasang muda-mudi. Mereka mengikat janji sehidup semati, tapi hubungan ini tidak direstui orang tua sang gadis. Lalu karena tidak direstui keduanya, akhirnya nekat menceburkan diri ke danau. Konon sejak itu di dalam danau ada dua lintah besar, yang merupakan jelmaan dari dua insan yang cintanya tidak kesampaian.
"Kedepan kami ingin salah satu obyek wisata kita ini bisa dikembangkan lagi. Kita berharap ada investor, wisata air seperti  bebek-bebek yang di tapak paderi sebagai salah satu daya tarik pengunjung. Karena kita ingin dengan penggarapan yang maksimal, bisa dijadikan salah satu PAD bagi daerah, bahkan juga menjadi sumber penghasilan bagi penduduk," harapnya. (yasrizal-radar utara)

Minggu, 22 Mei 2011

Senandung Lembayung di Danau Picung










Senandung Lembayung di Danau Picung

POTENSI aset wisata di Kabupaten Lebong tidak diragukan lagi. Hal ini dibuktikan dengan aset ini hampir berada di seluruh penjuru wilayah. Meski memiliki potensi aset wisata yang cukup banyak, namun pengelolaan yang dilakukan oleh pihak terkait cenderung masih sangat minim. Tetapi jangan khawatir, meski tak seindah obyek wisata yang ada di daerah lain yang telah mendapatkan sentuhan pembangunan, keasrian dan kealamian obyek wisata Lebong memberikan nuansa tersendiri bagi para wisatawan.
Sepertihalnya Danau Picung. Obyek wisata yang berada di Desa Tanjung Agung Kecamatan Pelabai atau tepatnya berada persis di belakang rumah dinas Bupati Lebong ini, sepintas memang tak jauh berbeda dengan obyek wisata danau yang ada di daerah lain. Namun keasrian dan kealamiannya, tak tertandingi. Apalagi jika kita menyempatkan diri untuk menikmati lembayung di danau ini. Saat fajar menyingsing dan senja menjelang, ungu bersemburat jingga. Hmm..  benar-benar merupakan keindahan yang tak setiap mata hati dapat melihatnya.
Dikelilingi perbukitan tinggi, Danau Picung pun membuat segar sejauh mata memandang. Selain cocok untuk tempat rekreasi keluarga dan melepaskan penat setelah menjalani aktivitas sehari-hari, Danau Picung juga menjadi tempat yang tepat untuk digelarnya out bond.
Saat ini, akses menuju ke lokasi Danau Picung tidak terlalu sulit, apalagi dengan geliat pembangunan yang dilakukan oleh Pemkab Lebong sarana transportasi pun dapat dengan mudah keluar masuk ke dalam lokasi obyek wisata ini. Untuk mencapai daerah ini butuh 4-5 jam perjalanan darat dari Bandara Fatmawati Bengkulu atau hanya lebih kurang 20 menit dari pusat kota Pasar Muara Aman Kecamatan Lebong Utara.
Udara yang sejuk meskipun ditengah teriknya matahari ini menjadikan Danau Picung sebagai salah satu lokasi yang menjanjikan bagi pasangan muda-mudi untuk berbagi kasih. Apalagi, di lokasi ini masih ditunjang dengan prasarana tradisional yang jarang kita temukan di obyek wisata danau lain. Pondok-pondok sebagai tempat beristirahat pun sengaja dibuat dari bahan-bahan yang ada di alam seperti pondokan bambu yang beratapkan jerami.
Di lokasi ini juga, pasangan muda-mudi, keluarga dan anak-anak dapat mengelilingi kawasan Danau Picung dengan menggunakan moda, transportasi air yang disediakan pengelola. Eits jangan salah, untuk mengelilingi luasnya Danau Picung ini, anda harus merogoh kocek sebesar Rp 10.000 dan anda pun dapat berpuas diri dengan mengelilingi Danau Picung yang dikelilingi perbukitan.
Kepala Dinas Pariwisata Lebong M Syafik SE MM mengungkapkan, Danau Picung menjadi salah satu aset pariwisata yang bakal dipercantik pihaknya dengan pembangunan berbagai fasilitas penunjang yang diharapkan mampu menarik wisatawan baik domestik maupun wisatawan luar.
"Selain beberapa obyek wisata lain, Danau Picung masuk dalam prioritas pembangunan obyek wisata. Ke depan, dengan sentuhan-sentuhan pembangunan yang akan dilakukan pemerintah, obyek wisata yang ada di Lebong ini dapat menjadi salah satu sektor bagi peningkatan pendapatan daerah," kata Syafik. (debi antoni- radar utara)