Curug Embun di Tapak Gedung
BEBERAPA waktu lalu, saya dan kawan-kawan di Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, mengunjungi Air Terjun Curug Embun di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Seperti diketahui, Kepahiang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu yang merupakan daerah pegunungan, penghasil sayuran terbesar di Provinsi Bengkulu. Dari Kota Bengkulu, diperlukan setidaknya waktu 1,5 jam menuju kabupaten ini.
Bagi wisatawan dari luar Bengkulu, obyek wisata yang terdapat di Desa Tapak Gedung Kepahing Jl. Perum Kepahiang Beringin Tiga ini berjarak sekitar 60 Km dari Bandara Fatmawati Kota Bengkulu dan dapat ditempuh dengan kendaraan umum. Rute yang anda harus ambil setelah mendarat di Bandara Fatmawati yaitu menuju Kabupaten Kepahiang yang berjarak 60 Km dari pusat Kota Bengkulu. Tiba di Kota Kepahiang, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tapak Gedung yang berjarak 10 Km dari Kota Kepahiang.
Menurut cerita penduduk setempat, nama Tapak Gedung berasal dari kata bekas gedung. Maksudnya, Tapak Gedung merupakan bekas gedung atau bangunan zaman dulu. Sebelum dibangun rumah penduduk, dulu banyak bekas bangunan lama terbuat dari beton. Penduduk asli desa ini meyakini gedung tersebut merupakan peninggalan Belanda. Selain bekas gedung, ada juga makam kuno, persis di bagian atas Air Terjun Curug Embun. Konon katanya, kuburan tersebut adalah kuburan rakyat yang dijatuhkan penjajah dari atas air terjun.
Untuk menuju lokasi, kita dapat melihat papan nama petunjuk sederhana. Saat itu, kami menitipkan sepeda motor di rumah penduduk yang kebetulan saat kami temui sedang mengumpulkan kopi yang telah dijemur. Dengan ramah kemudian dia mempersilakan kami memarkirkan motor.
Di sini, udaranya sungguh sejuk. Wajar saja, karena merupakan daerah pegunungan, tempat tumbuh suburnya padi dan tanaman sayuran lainnya. Di lokasi ini juga banyak dijumpai tanaman bunga yang indah dan berwarna-warni. Sepanjang lokasi menuju air terjun, kita kembali akan menemukan berbagai macam bunga dan juga tanaman kopi. Berkebun kopi nampaknya menjadi mata pencaharian utama penduduk desa ini.
Untuk memasuki kawasan air terjun ini, kita dipungut retribusi Rp2 ribu perorang dan parkir Rp2 ribu perkendaraan. Dari pintu masuk, sekitar 100 meter kita akan melewati jalan menurun menuju air terjun.
Air terjun Curug Embun ini memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan air terjun dengan ketinggian 100 meter dan pesona panorama pegunungan yang indah dengan udara yang sejuk. Di sepanjang pinggiran air terjun, tumbuh banyak tanaman bunga cantik membuat air terjun ini semakin eksotis dan alami. Airnya yang dingin membuat pikiran pun menjadi tenang. Refreshing sejenak dari penatnya kesibukan di kota.
Kita bisa merasakan sendiri sejuknya percikan air terjun sambil berjalan di atas batu-batu sungai yg berukuran besar, sungguh benar-benar fresh. Di hari libur, lokasi wisata ini ramai dikunjungi, baik pagi maupun sore. Kebanyakan pengunjung adalah muda-mudi, mereka selalu menyempatkan berfoto bersama dengan latar belakang air terjun indah. Moment yang wajib diabadikan memang.
Beberapa anak-anak penduduk asli asyik mandi dan berani terjun di kedalaman 4 meter lebih, bebatuan yang besar di sepanjang sungai juga airnya yang jernih membuat kami jadi ingin ikut mandi. Namun karena sudah sore, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Bengkulu melewati perkebunan teh kabawetan yang luas. Udara sejuk selalu menemani kami selama perjalanan dengan panorama dan pemandangan alam yang luar biasa indah. Menakjubkan. Sekitar 15 menit kami memasuki kawasan Desa Tebat Monok Kabupaten Kepahiang Bengkulu, di desa ini kami singgah sebentar untuk membeli oleh-oleh buah-buahan yang banyak dijual penduduk setempat di pinggir-pinggir jalan.
Wisata alam air terjun Curug Embun ini sudah selayaknya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah setempat untuk mulai menata dan mengelolanya kembali menjadi lebih baik. Sehingga bisa menjadi salah satu tujuan wisata andalan di Kabupaten Kepahiang. Pemasangan gapura atau pintu masuk yang bagus akan mempercantik lokasi ini sekaligus menjadi identitas wisata yang patut dikunjungi bagi siapa saja. (sofian - Pembaca Radar Utara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.