Puspa Langka yang Semakin Terancam
MEKARNYA bunga Rafflesia Arnoldi memang selalu menjadi perhatian banyak orang, karena memang sangat jarang ditemui. Beberapa waktu lalu, bunga terbesar di dunia dan juga menjadi ikon Provinsi Bengkulu itu kembali mekar di Desa Tebat Monok dengan diameter kurang lebih 75 Cm. Bunga itu mekar, Rabu 25 Mei 2011 lalu. Lokasi pintu masuk menuju lokasi berada sekitar 500 meter setelah gerbang perbatasan Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Kepahiang dan dapat ditempuh sekitar 1 jam dengan mengendarai sepeda motor dari Kota Bengkulu.
Lokasi tumbuhnya bunga Rafflesia ini berada sekitar 300 meter dari tepi jalan. Ketika bunga di lokasi ini sedang mekar, ada spanduk penunjuk dan bendera untuk memudahkan menemukan lokasi. Medan yang akan dilalui membuat serasa benar-benar berpetualang ke hutan belantara. Dari pintu rimba, kita akan melewati jalur menurun yang cukup licin sekitar 200 meter. Selanjutnya, sekitar 100 meter menyusuri anak sungai.
Minggu, 29 Mei 2011 Pukul 08.30 WIB lalu, saya bersama rekan-rekan Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu melanjutkan Ekpedisi Rafflesia VII. Danau Dendam Tak Sudah jadi lokasi untuk berkumpul sebelum berangkat.
Pukul 10.00 WIB, kita mulai konvoi menuju hutan Bengkulu. Satu jam selanjutnya, kami sampai di lokasi, bertemu dengan Pak Holidin yang selalu semangat menjaga dan mengelola habitat Rafflesia. Kurang dari setengah jam kita beristirahat sejenak duduk di bangku panjang bambu buatan pak Holidin bersaudara, memulihkan kondisi tubuh yang cukup letih menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam.
Sekitar pukul 12.00 WIB, kami memulai penjelajahan. Menjelajahi hutan sejauh 300 meter memang pekerjaan yang terhitung berat. Apalagi bagi mereka yang tak terbiasa. Karena tanah hutan yang licin dan menurun, beberapa rekan KPPL sempat terpeleset berkali-kali. Meskipun sebenarnya sudah dibuat beberapa anak tangga sederhana untuk memudahkan pengunjung menyusuri hutan. Sekitar 200 meter perjalanan menuju lokasi mampu dilewati, kami dihadapkan pada sungai yang mengalir jernih, jembatan bambu unik membantu kami menyeberangi anak sungai ini. Sekitar 100 meter menyusuri anak sungai jernih itu, akhirnya kami tiba di lokasi Rafflesia Arnoldi. Bunga terbesar di dunia ini mekar dengan cantiknya, mekar sempurna pada hari ke-5 dengan 5 kelopaknya yang menawan.
Rafflesia Arnoldi yang mekar kali ini berdiameter kurang lebih 75 cm, lumayan besar untuk ukuran sebuah bunga. Di habitat ini juga ditemukan 11 bongkol/cikal bakal Rafflesia, 2 diantaranya diperkirakan akhir bulan Juli 2011 mendatang kembali akan mekar. Kemungkinan bisa mekar 2 Rafflesia sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Luar biasa sekali pastinya karena peristiwa seperti ini jarang terjadi loh. Selain melihat Rafflesia, kita juga menemukan bunga cantik berwarna pink seperti bunga unji sejenis tanaman jahe-jahean atau jahe hutan yang ternyata informasi dari teman bernama Tun Jang, bunga ini kemungkinan adalah Hornstedtia Rubra. Selain itu, kami juga menemukan ulat kaki seribu dengan ukuran besar. Bahkan di lokasi tumbuhnya Rafflesia ini juga tumbuh tanaman kibut (Bunga Bangkai/Amorphophalus) juga tanaman paku-pakuan hutan raksasa. Menakjubkan bukan?!
Sekitar pukul 14.30 WIB, kita kembali ke atas. Benar-benar melelahkan, tapi puas. Setelah tiba di atas, kami kembali berpose bersama dan pukul 15.00 WIB, kami berpamitan pulang. Tak disangka, Pak Holidin memberi kami oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Bengkulu, Sekarung Alpukat. Wow.. Makasih banyak Pak Holidin dan keluarga.. ^_^
Khusus untuk pembaca setia Traveling Radar Utara, kami dari KPPL mengajak untuk melindungi Rafflesia, lindungi puspa langka dan lindungi hutan dari perambahan dan penebangan liar. Salam Lestari! (Sofian - Pembaca Radar Utara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.